Sengketa Laut China Selatan dan Peran ASEAN
Sengketa
Laut Selatan dan Peran Asean
Nama : Dandi Krismon Pangestu
Nim : 18.95.0068
Nim : 18.95.0068
Pendahuluan
Sengketa laut cina selatan merupakan Konflik atau sengketa regional yang melibabatkan beberapa negara Kawasan Asia tenggara ( ASEAN ) dengan China. Negara Association Of Southeast Asian Nation seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darusslam dan mengalami sengketa dengan negara asia timur Taiwan dan China yang mengklaim bahwa sebagian wilayah besar yang menjadi sengketa antar regional tersebut. China dan Taiwan sebagai pihak yang mengklaim dan menyebabkan suatu perpecahan dan menjadi konflik antar pihak yang mengklaim dan negara-negara Asean. Banyak permasalahan atas klaim dari pihak Taiwan dan China terjadi sejak 1992-2016 permasahan terus bermunculan dengan adanya ketidak setujuan dari negara-negara Asean. Terutama negara Asean yaitu Vietnam dan Filipina yang saling berebut atas kepemilikan pulau Spratly dan Paracel. Laut china selatan diketahui banyak menyimpan sumber daya alam yang besar. China sebagai negara kuat pada era modern dengan kemajuan Industri yang kuat tentunya sangat membutuhkan sumber-sumber daya alam dibagian laut china selatan begitu pun dan Taiwan. Diketahui bahwa kandungan gas ataupun minyak bumi terbilang cukup besar. Hal tersebut yang memicu china mengklaim laut china selatan sebagai bagian dari wiliyah mereka. Akan tetapi, laut china selatan menjadi jalur perdagangan yang sangat besar yang dilewati oleh negara Kawasan. Laut china selatan memiliki wilayah strategis sehingga menjadi jalur perdagangan dan dilewati berbagai negara. Oleh karena itu ASEAN sebagai wadah sebagai atau saluran yang meredakan konflik antar negara yang berseteru terus melakukan upaya mengalihkan kearah kerja sama. ASEAN yang berperan sebagai salah satu untuk menjaga kestabilan Kawasan regional Asean sendiri dan mencegah terjadinya konflik di antara negara-negara asean ataupun negara tetangga. Laut china selatan diketahui sebagai jalur perdagangan yang letaknya strategis. Sehingga negara yang dapat mengelandalikan kawasan tersebut mempunyai keunggulan pada bidang geopoltik. Jalur tersebut digunakan sebagai jalur utama dalam perdagangan energi bagi negara maju maupun negara asia terutama negara ASEAN. Ancaman dan tantangan dikawasan ASEAN dari perkembangan lingkungan stragegis inilah memunculkan permasalahan seperti terorisme, separatism, religious, radicalism, communal conflict, human tracfficking, maritime security threat, Spiil Over laut China selatan. Tantangan inilah yang menjadikan Peran ASEAN dalam meghadapi sengketa Laut china selatan.
Sengketa laut cina selatan merupakan Konflik atau sengketa regional yang melibabatkan beberapa negara Kawasan Asia tenggara ( ASEAN ) dengan China. Negara Association Of Southeast Asian Nation seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darusslam dan mengalami sengketa dengan negara asia timur Taiwan dan China yang mengklaim bahwa sebagian wilayah besar yang menjadi sengketa antar regional tersebut. China dan Taiwan sebagai pihak yang mengklaim dan menyebabkan suatu perpecahan dan menjadi konflik antar pihak yang mengklaim dan negara-negara Asean. Banyak permasalahan atas klaim dari pihak Taiwan dan China terjadi sejak 1992-2016 permasahan terus bermunculan dengan adanya ketidak setujuan dari negara-negara Asean. Terutama negara Asean yaitu Vietnam dan Filipina yang saling berebut atas kepemilikan pulau Spratly dan Paracel. Laut china selatan diketahui banyak menyimpan sumber daya alam yang besar. China sebagai negara kuat pada era modern dengan kemajuan Industri yang kuat tentunya sangat membutuhkan sumber-sumber daya alam dibagian laut china selatan begitu pun dan Taiwan. Diketahui bahwa kandungan gas ataupun minyak bumi terbilang cukup besar. Hal tersebut yang memicu china mengklaim laut china selatan sebagai bagian dari wiliyah mereka. Akan tetapi, laut china selatan menjadi jalur perdagangan yang sangat besar yang dilewati oleh negara Kawasan. Laut china selatan memiliki wilayah strategis sehingga menjadi jalur perdagangan dan dilewati berbagai negara. Oleh karena itu ASEAN sebagai wadah sebagai atau saluran yang meredakan konflik antar negara yang berseteru terus melakukan upaya mengalihkan kearah kerja sama. ASEAN yang berperan sebagai salah satu untuk menjaga kestabilan Kawasan regional Asean sendiri dan mencegah terjadinya konflik di antara negara-negara asean ataupun negara tetangga. Laut china selatan diketahui sebagai jalur perdagangan yang letaknya strategis. Sehingga negara yang dapat mengelandalikan kawasan tersebut mempunyai keunggulan pada bidang geopoltik. Jalur tersebut digunakan sebagai jalur utama dalam perdagangan energi bagi negara maju maupun negara asia terutama negara ASEAN. Ancaman dan tantangan dikawasan ASEAN dari perkembangan lingkungan stragegis inilah memunculkan permasalahan seperti terorisme, separatism, religious, radicalism, communal conflict, human tracfficking, maritime security threat, Spiil Over laut China selatan. Tantangan inilah yang menjadikan Peran ASEAN dalam meghadapi sengketa Laut china selatan.
Transformasi
Konflik Menuju Tatanan Keamanan Regional
Isu keamanan Non-Tradisional menjadi isu
yang sangat berbahaya bagi negara didunia. Kawasan Asean sebagai Kawasan
Starategis merupakan hal mudah dimasuki oleh isu keamanan non tradional.
Sengketa laut china merupakan salah satu implikasi dari adanya isu
non-tradional. Dikarenakan beberapa negara terlibat dalam perebutan suatu
terutorial wilayah laut. Permasalahan yang terjadi dalam konflik laut China selatan
( LSC ) adalah adanya klaim tumpang tindih antar negara Asia tenggara dan
China. Berdasarkan catatan Sejarah ataupun UNCLOS ( United Nation On the law Sea ) 1982. UNCLOS mengatur batas wilayah
laut setiap negara disuatu Kawasan ataupun Regional. Negara-negara ASEAN pun
merujuk Konvensi hukum laut dalam menentukan batas terluar wilayah laut suatu
negara. Apabila dibiarkan terus terus-menerus akan menimbulkan suatu konflik
yang berkepanjangan antara negara-negara ASEAN dan negara china sebagai pihak
klaim wilayah tersebut. Apabila dibiarkan bukan tidak mungkin terjadinya suatu
konflik yang melibatkan militer dan bersifat high politics.
Rodolfo C.Severina dalam buku “ Regional Outlook : souheast Asia
2007-2008”, Menyebutkan ada tiga potensi penyebab konlfik yang ditimbulkan
akibat dari adanya sengketa atau pun penyebab konflik ketidakstabilan regional
Kawasan Asia Tenggara, yaitu Laut China, Semenjung Korea, dan Selat Taiwan.
Kasus Laut China selatan yang terjadi antara Vietnam dan China, Dimana Vietnam
dan Amerika Serikat mengadakan latihan di Kawasan Laut china Selatan, Demikian
pula, Antara Amerika Serikat dan Philipina mengadakan latihan gabungan di
sekitar Betting Scarborough yang diklaim oleh Filipina sebagai wilayahnya. Hal
tersebut membuat china menjadi geram atas perlakuan dari kedua negara tersebut.
Filiphina melakukan patroli atas wilayah tersebut tanpa sepengetahuan China. Hal
membuat china membuat duta besar China yang ada di Manila melayangkan Protes
keras atas sikap Filiphina tersebut. Konflik laut china selatan dibahas oleh
menlu ASEAN dan menlu China, Untuk dicarikan jalan terbaik atas penyelesaiannya
termasuk membahas tentang Kode Tata Berperilaku ( Code Of Conduct ) di Kawasan Laut China Selatan. CoC ( Code Of
Conduct ) merupakan perjanjian yang bersifat mengikat, Segala bentuk
pertentangan yang terjadi dikawasan laut china selatan akan mengancam
stabilitas keaman Kawasan Asia dan juga Internasional. Dikarenakan atas dasar
kepentingan tersebut, Asean diharuskan dan peran Indonesia dalam upaya
mendorong terjadinya tranformasi konflik di laut china selatan. Indonesia dalam
kerangka ASEAN berkepentingan atas stabilitas wilayah tersebut, Maka Indonesia
sejak tahun 1992 indonesia telah memprakasai Confident building measures di Laut China Selatan dengan jalan
Diplomasi Preventifnya. Permasalahan konflik Laut china selatan ialah penentuan
wilayah dan perbatasan laut diantara negara-negara yang bersengketa.
Penyelesaian Konflik Di Laut China Selatan dapat menenapkan konsep transpormasi
konflik yang berfokus kepada relasi antar pihak dan kerja sama antara negara
yang bersengketa. Asean sebagai wadah Multiteral penghubung antar negara dapat
menjadi penengah sengketa wilayah Laut. Menurut John Paul Lederach ( Oktober,
2003 ), Pendekatan tranformasi dimulai dengan landasan Pro-Aktif. (1) Orientasi
Positif tentang Konflik. (2) Keinginan
untuk terlibat dalam konflik sebagai menghasilkan perubahan dan pertumbuhan
yang konstruktif. Melalui Pendekatan konflik dapat dipahami sebagai penggerak
perubahan yang menjaga hubungan dan struktur sosial yang dinamis sebagai respon dari kebutuhan manusia.
Kerjasama
ASEAN dan CHINA
ASEAN dan China memiliki hubungan yang
sangat baik, walaupun beberapa negara anggota ASEAN masih mencurigai ataupun
Was-was atas pembangunan ekonomi dan angkatan bersenjata China. China sendiri
menganggap negara-negara ASEAN sebagai partner dalam berdagang yang saling
menguntungkan. ASEAN perting bagi China dengan beberapa pertimbangan : Pertama,
ASEAN krusial bagi china karena untuk mempromosikan Multipolarity ; Kedua, ASEAN Penting nagi upaya china dalam
mengkounter stategi containment (pengurungan)
Amerika Serikat ; ketiga, ASEAN memberikan kesempatan bagi china untuk
menghilangkan kepercyaan yang menetap tentang teori “China Threat ( ancaman Cina)” ; Keempat, ASEAN dapat menjadi sekutu
China dalam menolak tekanan barat dalam isu liberalisasi poltik dan HAM Menurut
Hoadley dan Roland ( 2009:99). Code of
Conduct ini, mewajibkan masing-masing negara yang terlibat sengketa untuk
menyelesaikan konflik secara damai. Menjamin adanya kebebasan bernavigasi dan
terbang di wilayah yang disengketakan atau konflik di Laut China Selatan dan
latihan “Pengendalian diri ( self-restraint
)”.Perlu adanya dipertajam lagi dalam pembasahan Code Of Conduct di Laut Cina
Selatan Oleh para Menlu ASEAN dan Menlu CHhina. Sehingga Implementasinya
benar-benar bermanfaat bagi penyelesaian kanflik di Kawasan tersebut.
Kesimpulan
Perselihan antara negara-negara ASEAN
dan China tentunya dapat menganggu stabilitas yang terjadi di Kawasan atau pun
regional dan dapat menimbulkan konflik dan perpecahan. ASEAN sebagai wadah
Perkumpulan negara-negara Asia tenggara yang memiliki Slogan Non-Inteference
yang mana mengutamakan keseimbangan dan musyawarah mufakat untuk mecapai
kepentingan Bersama. Solusi terhadap permasalahan tersebut dapat dilalakukan
melalui perundingan bilateral maupun perundingan multilateral. Melalukan
perundingan bilateral secara komprehensif oleh kedua negara, walaupun
membutuhkan waktu cukup lama. Diharapkan China dan Negara ASEAN mau melakukan
kerja sama dan bersedia berunding secara bilateral dan multilateral dan tidak
melakukan suatu provokasi di Laut China Selatan.
Referensi/ Daftar Pustaka
Simamora, Parulian, (2013) Peluang dan
tantangan Diplomasi Pertahanan
Simamora, Parulian, (2013) Peluang dan
tantangan Diplomasi Pertahanan ; Ancaman
dan tantangan di Kawasan Asean , Hal. 66.
CNN. ( 2018 ) China-Asean gelar latihan militer di Laut China Selatan[ online] available at : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181019145907-106-339810/china-asean-gelar-latihan-militer-di-laut-china-selatan
[ Accessed : 9 january 2019 ]
[ Accessed : 9 january 2019 ]
Jurnal penelitian Hukum De jure, ISSN 1410-5632
Vol.18 No. 2, juni 2018: 219-240 available
at: https://www.researchgate.net/publication/326780027_Sengketa_Wilayah_Maritim_di_Laut_Tiongkok_Selatan
Jurnal Sospol,
Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017), Hlm
1-25
Comments
Post a Comment