Uji Kandungan Urine





KATA PENGHANTAR
            Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, dan rindhonya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Uji Kandungan Urine” ini. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terciptanya makalah ini. Makalah ini sengaja di buat untuk memenuhi persyaratan nilai mata pelajaran Biologi Semester II  Kelas XI tahun Ajaran 2015—2016. Di samping itu makalah ini juga berfungsi untuk memberikan wawasan bagi penulis dan umumnya bagi pembaca dalam kaitannya dengan topik Kandungan Zat-zat makanan.
            Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca, dan semoga memberi manfaat besar bagi kita untuk mempelajari ilmu Biologi.
            Sebagai penulis, saya yakin buku ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, Kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Pagaralam, 30 Maret 2016


      Prama Shella Erinda








LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Biologi Dasar dengan judul “UJI KANDUNGAN URINE”
Disusun oleh :                        
Nama          : Prama shella erinda
Kelas          : XI IPA 3
Kelompok  : IV
Dinyatakan selesai dibuat dan siap di periksa oleh guru pembimbing pelajaran Biologi.

Pagaralam, 30 maret 2016

Kepala sekolah                                                                                       Guru pembimbing 


SUNIAR, M.Pd                                                                                  LINDA AZIZAH, S.Pd.



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              



DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................................... 1
Pengesahan............................................................................................................................ 2
Daftar isi................................................................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan............................................................................................................................ ..5
BAB II
2.1 Landasan Teori................................................................................................................ 6
BAB III
Metedologi Penelitian
3.1 Alat dan Bahan
   3.1.1 Alat ………………………………………………………………………….……21
   3.1.2 Bahan ………………………………………………………………………….….21
3.2 Cara kerja……………………………………………………………………….…….21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel pengamatan ……………………………………………………………………24
4.2 Pertanyaan ……………………………………………………………………………25
4.3 Lampiran Jawaban ……………………………………………………………………25
4.4 Lampiran Dokumentasi………………………………………………………...….....26
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………………..30
Saran………………………………………………………………………………………30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….31
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon.
Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna empedu. Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2. kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.
Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pemeriksaan urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam menentukan diagnosa suatu penyakit.
Dalam praktikum uji urin, peneliti dapat mengetahui kandungan yang ada dalam urin. Begitu pula dapat mengetahui zat-zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin. Apabila zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka kita dapat mengetahui secara lebih cepat.
1.2 Tujuan
ü  Mengamati karakteristik urine, kandungan klorida, dan kandungan protein.
ü  Membandingkan kandungan glukosa pada urine orang normal dengan penderita diabetes millintus.


















BAB II
2.1 LANDASAN TEORI
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.      
Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak selalu bisa dijadikan pedoman namun Ada baiknya Anda mengetahui hal ini untuk berjaga-jaga. Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh kaena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.
Ø  GINJAL


A.    Bagian bagian Ginjal
1.      Lobulus ginjal, bagian yang menyusun ginjal. Setiap lobulus terdiri atas satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.
2.      Hilus (hilum), cekung pada sisi medial yang membentuk bukan pada ginjal sebagai tempat keluar masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter.
3.      Sinus ginjal, rongga yang berisi lemak yang membuka pada sinus
4.      Parankim ginjal, jaringan yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks( bagian luar) dan medula (bagian dalam)
1)      Korteks, tersusun dari nefron-nefron. Nefron merupakan unit struktual dan fungsional trekecil dari ginjal yang membentuk urine. Pada setiap ginjal normal, terdapat sekitar 800.000-1,5 juta nefron yang disatukan oleh jaringan ikat.nefron tersusun dari  dua komponen yaitu komponen vaskuler (pembulu) dan komponen tubuler (tabung)
·         Komponen vaskuler (pembuluh), terdiri atas arteriola aferen, glomelurus (gulungan kapiler berbetuk bundar), arteriola aferen, dan kapilerperitubuler.
2)      Komponen tubuler (tabung), suatu tabung berongga yang dientuk oleh suatu lapisan sel epitel dan berisi cairan. Komponen tubuler terdiri atas kapsul bowman (berbentuk cangkir), tubulus kontortus proksimal, lengkungan hene naik (asenden) lengkungan henle turun (desenden), tubulus kontortus diestel, dan duktus kolektuvus.

B.     Fungsi Ginjal
1.      menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.
2.      mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3.      Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
4.      menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh manusia.
5.      menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan ini terjadi melalui serangkaian  proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh).


1)      Filtrasi.
Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Bowman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relative cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relative cukup rendah. Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya relative cukup pendek dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
Di glomerulus terdapat sel-sel endothelium kapiler yang berpori (podosit), membrane basiler, dan epitel kapsula Bowman yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus tersebut, factor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
Permeabilitas membrane filtrasi ini 100-1000 kali lebih permeable dibandingkan dengan permeabilitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat kecil terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dai endapan. Hasil saringan tersebut dinamakan urine primer (filtrate glomerulus). Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, missal sel darah merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsorpsi.

2)      Reabsorpsi.
·         Reabsorpsi air
Pada keadaan normal, sekitar 99% air yang menembus membrane filtrasi akan direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif melalui proses osmosis. Perlu diketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsopsi lebih dari 178 liter air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa.

·         Reabsorpsi zat tertentu
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transport aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3, Glukosa, dan asam amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini memerlukan energy dan dapat berlangsung terus menerus.

·         Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu asam amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energy, sedangkan asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat – zat tersebut diabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung henle. Pada saluran menurun lengkung henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di sepanjang tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitelium transport sangat permeable terhadap air, tetapi sangat tidak permeable terhadap gram dan zat terlarut lainnya. Sebaliknya, saluran menaik lengkung henle lebih permeable terhadap garam dan tidak permeable terhadap air.
Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung henle, tubulus akan menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun akan bertambah, missal konsentrasi urea bertambah sebesar 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2 % dalam urine sekunder.

3)      Augmentasi.
Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus menyekresi ion H+, K+, NH3, urea, kreatinin, dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine sekunder.
Penambahan ion hydrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga kesetimbangan PH dalam darah. Jika PH dalam darah mulai turun, sekresi ion hydrogen akan meningkatsampai PH darah kembali normal (7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki PH sekitar 4,5 – 7,5. Selain itu, pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat dari dalam tubuh. Dari proses augmentasi ini akan dihasilkan urine sesungguhnya. Urine yang terbentuk akan disimpan sementara di kandung kemih. Setelah itu akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu yang memberi warna pada urine
A. Komposisi Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (sepertiurea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumbernitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan komposDiabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

B.  KANDUNGAN DALAM URINE
1.      Air sebanyak 95 %
2.      Urea, asam ureat dan ammonia
3.      Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)
4.      Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)
5.      Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon.

GLUKOSA
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.
PROTEIN
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.

1. Proses pembentukan Urine
            Proses pembentukan urine terjadi di badan Malpighi, di dalam badan Malpighi ini glomerulus di kelilingi oleh kapsula bowman. Darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat lain –lain mengalami penyaringan, kecuali yang bermolekul besar seperti sel-sel darah dan molekul protein, filtrat masuk ke ruangan kapsula bowman menjadi filtrate glomerulus ( urine primer ). Jumlah darah yang mengalir melalui ginjal ini ada 1,2 liter setiap menit yang merupakan seperempat dari seluruh jumlah darah yang di pompakan oleh jantung.
Proses penyaringan ini terutama disebabkan oleh tekanan darah, dan dipengaruhi oleh pengerutan dan pengembangan arteriol yang menuju dan meninggalkan glomerulus. Pengerutan arteriol yang menuju glomerulus akan menambah jumlah filtrat dan selalu diikat oleh pengembangan arteriol yang meninggalkan glomerulus (arteriol eferen ), filtrate glomerulus ini masih mengandung banyak zat yang masih diperlukan oleh tubuh, seperti glukosa, garam-garam, dan asam amino.
Dari  glomerulus filtrat di bawa melalui tubulus kontortus proksimal yang dikelilingi oleh pembuluh darah, dalam tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang masih berguna, Setelah reabsorbsi kadar urea menjadi lebih tinggi, sehingga terbentuk lagi zat-zat lain yang sementara waktu tidak digunakan lagi. Setelah selesai filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi ini barulah terbentuk urine yang sesungguhnya yang dikumpulkan dari tubulus kolektivus ke pelvis renalis.
Di dalam badan Malpighi, kapsula bowman menyaring zat-zat dari darah yang ada di glomerulus, dan terbentuklah filtrate glomerulus. Didalam tubulus kontortus proksimal di dserap kembali oleh pembuluh darah dan terbentuklah urine sekunder. Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambah lagi zat-zat yang pada waktu itu tidak digunakan lagi dan menambah kelebihan air sehingga terbentuklah urine sesungguhnya, dalamn urine ini tidak terdapat protein karena protein telah di saring dengan sempurna dari jumlah 7-9% protein yang ada di dalam darah, demikian juga dengan glukosa.
Juga terjadi peningkatan kadar urea yang semula 0,03% dalam plasma darah, meningkat menjadi 0,5% dalam tubulus kontortus proksimal, dan naik lagi dengan cepat menjadi 2% dalam tubulus kontortus distal, hal ini terjadi karena adanya penyerapan air kembali.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume atau jumlah urine yang dihasilkan
a. Volume urine yang dikeluarkan tidak tergantung dari berapa banyaknya jumlah cairan yang diminum, tetapi juga tergantung dari jumlah garam-garam yang dikeluarkan dari darah, agar tekanan osmosis tetap.
Pada penderita kencing manis ( Diabetes Miletus ) pengeluaran glukosa dari dalam darah juga diikuti oleh kenaikan volume urine.
b. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofisis, pengeluaran hormone ini di tentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus menerus mengendalikan tekanan osmotic darh, oleh karena itu hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorbsi air pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat.
Pada saat tubuh kekurangan cairan, konsentrasi air dalam darah akan menurun, akibatnya sekresi ADH akan meningkat dan dialirkan oleh darah menuju ginjal. ADH meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan permeabilitas saluran pengumpul. Dengan demikian air akan berdifusi keluar dari pipa pengumpul lalu masuk kedalam darah, dan keadaan tersebut dapat memulihkan konsentrasi air dalam darah, akibatnya urine yang dihasilkan lebih sedikit dan pekat.
c. Faktor usia
Pada anak balita sering mengeluarkan urine, hal ini disebabkan karena anak balita belum bias mengendalikan rangsangan untuk mikturisi, selain itu juga anak balita mengonsumsi lebih banyak makanan yang berwujud cairan, sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak.
Begitupula sebaliknya, pengeluaran urine pada lansia lebih sedikit, hal ini dikarenakan setelah usia 40 tahun jumlah nefron yang berfungsi akan menurun kira-kira 10% setiap tahun, Kondisi ini akan mengurangi kemampuan ginjal dalam memproses pengeluaran urine.
d. Gaya hidup dan aktivitas
Seorang yang sering berolahraga / olahragawan urine yang dihasilkan akan lebih sedikit jika dibandingkan pada orang biasa, hal ini disebabkan karena jumlah cairan yang ada di dalam tubuh lebih banyak digunakan sebagai energi dan dikeluarkan dalam bentuk keringat.
e. Kondisi kesehatan
Seseorang yang sehat produksi urinenya berbeda dengan orang yang sakit bias mengeluarkan urine lebih banyak ataupun lebih sedikit tergantung pada jenis penyakit yang di deritanya.
f. Psikologis
Orang yang sedang merasa cemas akan lebih sering mengeluarkan urine, sebab kondisi metabolismenya berjalan lebih cepat.
g. Cuaca
Apabila cuaca dingin orang lebih sering mengeluarkan urine, sebab cairan yang ada di dalam tubuh di keluarkan dalam bentuk urine, begitupula sebaliknya, pada musim panas orang jarang mengeluarkan urine, sebab cairan yang ada di dalam tubuhnya lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat.
h. Jumlah air yang diminum
Apabila mengkonsumsi banyak air minum, konsentrasi protein dalam darah akan menurun, kondisi ini dapat mengakibatkan menurunnya tekanan koloid protein sehingga tekanan filtrasi kurang efektif, akibatnya volume urine yang dihasilkan akan meningkat.

3. Sifat-sifat urine
a. Volume urine normal orang dewasa ±2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu luar,  
makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen, the, kopi, alcohol mempunyai efek iuresis.
b. Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 7, bila masukan protein tinggi urine menjadi asam, sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam, urine menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amoniak dan kehilangan CO2 di udara.
c. Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar, pigmen utamanya urokrom, sedikit urobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam urine berwarna kuning tua atau kecoklatan. Sedangkan urine orang yang mempunyai penyakit diabetes Melitus (kencing manis) urinenya mengandung gula, yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang juga disebabkan oleh kekurangan hormone insulin. Nilai pHnya berkisar antara 7 atau kurang dari 7 karena bersifat asam. Warna urine orang penderita diabetes adalah bening kekuningan.

4. Unsur – unsur dalam urine
a.       Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolism protein dari mamalia termasuk manusia.
b.       Amoniak (NH3) pada urine orang normal yang masih segar terdapat sedikit, sedangkan pada penderita diabetes miletus kandungan amoniakndalam urinenya sangat tinggi.
c.       Kreatinin dan keratin, (kreatinin : produk pemecahan keratin ) normalnya 20-26 mg/kg pada laki-laki, dan 14-22mg/kg pada perempuan.
d.      Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi urine dalam tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali.
Pandangan Awal Mengenai Warna
1.         Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat. Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.         Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3.         Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
4.         Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.

Fungsi Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Fungsi dari urine yang di kenal dimasyarakat menjadi lebih sering kita jumpai meski punya kontrofersi dan menjadi hal yang tabu namun dibelahan negara lain juga tidak kalah dengan hal yang ada di indonesia sepertii :
    Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
    Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.
    Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsifly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus.
    Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.
    Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, di antara mereka adalah Mohandas GandhiJim Morrison, dan Steve McQueen.

Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

E.1 Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :

a)        Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
b)       Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
c)        Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'
d)       Bau urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
e)        pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa

E.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit

E.3 Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.

a)        Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

b)       Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.

c)        Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.


d)       Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.





















BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1                    Alat
1.      Tabung Reaksi
2.      Rak Tabung Reaksi
3.      Pipet Tetes
4.      Kertas Tisu
5.      Kertas Label
6.      Botol Sampel Urine yang bening transparan
7.      Kertas Indikator pH
8.   Pemanas Bunsen
9.   Kaki tiga
10. Kasa Asben
11. Gelas beker 500 mL
12. Korek api

3.1.2                  Bahan
1.      Sampel urine pagi (Urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah   bangun tidur) dari orang sehat, sampel urine siang, sampel urine malam
2.      Larutan Biuret
3.      Larutan Benedict
4.   Larutan AgNO3 10%

3.2 Langkah Kerja
            1.      Pertama siapkan reagen Biuret, Benedict.
2.      Selanjutnya lakukan pengujian berikut
3.2.1          Sifat fisik urine:
Amatilah dan bandingkan beberapa sampel urine yang dibawa dari rumah, dalam hal sifat-sifat fisiknya (misalnya, warna, tingkat kekruhan, dan pH). Analisis dengan menggunakan tabel acuan berikut:
Warna
Keterangan
Kuning
Normal
Hitam
Mengonsumsi tablet yang mengandung zat besi (ferri sulfat), minum obat parkinson
Biru
Mengonsumsi obat abti depresi atau antibiotik, infeksi bakteri Pseudomonas pada saluran lkemih
Cokelat
Gangguan fungsi ginjal, mengonsumsi antibiotik
Kuning gelap (seperti teh)
Hepatitis fase akut, kelebihan vitamin B2, mengonsumsi antibiotik
Oranye – merah
Dehidrasi, demam, mengonsumsi obat
Hijau
Infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, mengonsumsi vitamin
Bening (tidak berwarna)
Terlalu banyak minum, diabetes insipidus, minum alkohol
Putih seperti susu
Tumor jaringan limfat, filariasis

Keterangan:
Tingkat kekeruhan: tidak keruh (-), sedikit keruh (+), keruh (++), dan sangat keruh (+++)
pH normal urine = 4,7 – 8
 3.2.2    Uji kandungan klorida
Masukkan 2 mL urine ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 10%. Amati endapan putih yang terbentuj (endapan putih tipis = urine normal, endapan putih tebal = urine abnormal)

3.2.3          Uji protein
Masukkan 2 mL sampel urine ke dalam tabung reaksi.Tambah 5 tetes larutan Biuret. Amati perubahan warnanya dan berikan hasil analisinya.
Warna setelah diteteskan larutan Biuret
Keterangan
Ungu
Mengandung protein
Biru atau selain ungu
Tidak mengandung protein




3.2.4          Uji Glukosa
1.      Tuangkan sampel urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, tempelkan kertas label agar tidak tertukar.
2.      Teteskan larutan Benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi urine, kemudian kocok sebentar agar bercampur merata. Amati warnanya.
3.  Masukan semua tabung reaksi tersebut ke dalam gelas beker yang telah berisi air setengahnya, kemudian di panaskan hingga mendidih beberapa saat dan terjadi perubahan warna.
4.    Matikan lampu Bunsen, dan biarkan hingga agak dingin. Amatilah perubahan warna urine di setiap tabung reaksi dan analisis hasilnya berdasarkan table acuan berikut.
 
Warna Hasil Uji Glukosa
Hasil Reaksi
Keterangan/Kandungan Glukosa
Biru
-
Normal
Hijau kekuningan keruh
+
0,5 – 1%
Kuning keruh
++
1 – 1,5%
Coklat, jingga
+++
2% - 3,5%
Merah bata
++++
> 3,5%











BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel pengamatan
      Tabel Hasil Pengamatan Uji Glukosa
Nama
Sifat Fisik Urine
Uji Glukosa
Warna
Tingkat Kekeruhan (-,++,+++)

pH
Warna awal (Urine+Benedict)
Kandungan Glukosa
Pagi (Ce)
Kuning Pekat
-
5
Coklat
2% - 3,5%
Siang (Ce)
Kuning
-
6
Biru
Normal
Malam (Ce)
Kuning
-
6
Biru
Normal
Pagi (Co)
Orange – merah
+
6
Hijau Kekuningan
0,5 – 1%
Siang (Co)
Kuning gelap
++
6
Hijau Kekuningan Keuh
0,5 – 1%
Malam (Co)
Coklat
+++
5
Coklat
2% - 3,5%

      Tabel Hasil Pengamatan Uji Protein
Nama
Uji Protein
Warna
Warna awal (Urine+Biuret)
Kandungan Protein (Ada/Tidak Ada)
Pagi (Ce)
Kuning Pekat
Biru
Tidak Ada
Siang (Ce)
Kuning
Biru
Tidak Ada
Malam (Ce)
Kuning
Biru
Tidak Ada
Pagi (Co)
Orange – merah
Hijau
Tidak Ada
Siang (Co)
Kuning gelap
Hijau
Tidak Ada
Malam (Co)
Coklat
Coklat
Tidak Ada

4.2 Pertanyaan
1.      Mengapa sifat-sifat fisik urine seperti warna, kekeruhan dan pH, berbeda-beda pada setiap orang ? Jelaskan.
2.      Berdasarkan data pengamatan anda, adakah urine yang memiiki sifat fisik abnormal ? Jika ada, jelaskan.
3.      Mengapa pada urine normal mengandung sedikit klorida? Apakah peranan klorida di dalam tubuh ?
4.      Berdasarkan data hasil uji urine dengan menggunakan larutan Biuret, adakah sampel sampel urine yang mengandung protein? Jelaskan.
5.      Jenis penyakit apakah yang menyebabkan urine mengandung protein dengan jumlah melebihi batas normal ?
6.      Berdasarkan data hasil uji glukosa, adakah teman anda yang berindikasi diabetes mellitus ? Jika ada, jelaskan.
7.      Apakah saran-saran anda terhadap teman yanga berindikasi diabetes mellitus ?
8.      Jelaskan cara-cara untuk menjaga kesehatan ginjal.

4.3 Lampiran Jawaban
1.      Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan (termasuk obat-obatan), jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat. pH urin berkisar antara 4,8-7,5, urine akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urine akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi sayuran. Tingkat kekeruhan urine bergantung pada kadar air dalam tubuh dan lama waktu setelah urine dikeluarkan. Apabila dlam tubuh banyak mengandung air, maka urine akan lebih cair dan lebih jernih. Selain itu urine yang masih segar akan tampak jernih sedangkan urine yang telah lama didiamkan akan berubah menjadi keruh.
2.      Berdasarkan percobaan kami, tidak ada urine yang memiliki sifat fisik abnormal.
3.      Karena keberadaan klorida menunjukkan kadar pH dalam darah. Apabila kadar klorida tinggi, maka darah terlalu asam dan dapat menganggu keseimbangan metabolisme tubuh.
Klorida digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl memiliki kegunaan membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Klorida juga dapat membahayakan sistem pernafasan terutaman bagi anak-anak dan orang dewasa. Dalam wujud gas, klorida merusak membran mukus dan dalam wujud cair dapat menghancurkan kulit. Tingkat klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium klorida, atau garam adalah bagian utama dalam darah.
4.      Berdasarkan percobaan ini tidak ada sampel urine yang mengandung protein.
5.      Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urin berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya ganguan dalam proses metabolisme tubuh. Pemantauan protein dalam urin melalui tes dapat digunakan sebagai cara mendektesi adanya gangguan pada ginjal. Kadar albuminurea yang rendah sekalipun dpat menunjukkan bahwa pasien mengalami gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut yang dialami pasien di rumah sakit, tercatat mencapai 1,6% dari seluruh pasien di rumah sakit dan terjadi ketika ginjal tiba tiba kehilangan kemampuan menyaring produk limbah dari darah. Gagal ginjal akut dapat disembuhkan jika pasien cukup sehat. Namun sering mengakibatkan penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
6.      Berdasarkan data hasil uji glukosa tidak ada yang berindikasi diabetes mellitus.
7.      Cara pencegahan dan penanggulangan :
v  Menjaga kesehatan (diet sehat dan seimbang)
v  Rajin berolahraga
v  Rajin mengecek kadar gula dalam darah
v  Mengetahui tentang diabetes melitus
v  Mengonsumsi suplemen ( yang mengandung seng, magnesium, proxeronin)
v  Segera priksa diri kedokter apabila merasakan gejala gejala seperti intensitas buang air kecil yang tinggi, mudah haus dan lapar, rasa pusing, mual, dan letih.Saat sudah terindikasi lakukan pengobatan seperti insulin.
8. Tips untuk menjaga kesehatan ginjal :
Ø  Rajin berolahraga ( olahraga merupakan aktivitas yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh)
Ø  Makanan sehat ( hindarilah makanan yang nengandung banyak lemak jenuh dan kandungan gula yang tinggi)
Ø  Menjaga berat badan ( berat badan yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh dan ginjal, karena penumpukan lemak yang ada pada tubuh membuat ginjal menjadi sesak dan sulit untuk memproses urin)


4.4 Lampiran Dokumentasi
            
                ALAT  DAN BAHAN                                                Kelompok IV
              
 URINE DI MASUKAN KE TABUNG REAKSI                  PENGAMBILAN TAMBUNG REAKSI  MENGGUNAKAN PIPET
       
 SEBELUM DI PANASKAN           URINE YANG DI PANASKAN          SETELAH DI PANASKAN
                                          SUASANA KERJA KELOMPOK
 
            MEMBAHAS SERTA MENGAMBIL KESIMPULAN BERSAMA














BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan urine orang normal dan
urine penderita diabetes miletus dapat disimpulkan bahwa:
Urine orang normal mengandung amoniak (NH3), clor, dan memiliki pH 6 (asam).
Urine penderita diabetes miletus mengandung glukosa, amoniak(NH3), clor, dan
memiliki pH 7 (netral).
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
·         Warna kuning dalam urine berasal dari bilirubin. Pucat atau kuatnya warna kuning pada urin normal tergantung pada konsumsi air. perubahan warna dari yang normal itu bisa terjadi karena pengaruh makanan, obat, atau kondisi kesehatan
·         pH urine normal berkisar antara 5-8.
·         Urine dikatakan normal jika warna urine pada tabung reaksi setelah ditambahkan  larutan benedict kemudian dipanaskan adalah kuning keputihan.
·          Jika terdapat kandungan protein dalam urine, maka ginjal mengalami kelainan atau gangguan akibat terdapat kebocoran pada ginjal bagian glomerulus yang berfungsi sebagai penyerapan senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh, termasuk protein. 
·         Jika pada urine terdapat glukosa, maka ginjal bagian tubulus tidak berfungsi. Pada ginjal normal, glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi pada daerah tubulus.

SARAN
Setiap hari orang harus mengeluarkan berbagai zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Tapi terkadang urine yang dikeluarkan menimbulkan bau yang tidak sedap, kebanyak bau dari urine bersifat sementara. Tetapi jika hal tersebut terus berlanjut selama beberapa hari sebaikannya melakukan pemeriksaan kedokter. Perlu dilakukan lebih banyak percobaan lagi, agar bisa mengamati lebih teliti tentang kandungan di dalam urin.


DAFTAR PUSTAKA
Maryati, Sri.2007.Biologi:Jilid 2 untuk SMA Kelas XI.Jakarta:Erlangga
Lestari, Endang.2009.Biologi 2 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XI Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional
Omegawati, Wigati Hadi. Dan Kusumawati, Rohana. 2011. BIOLOGI Untuk  SMA/MA. Klaten: Intan Pariwara.
Irnaningtyas. 2014. Biology untuk SMA/MA kls XI, Jakarta: Penerbit Erlangga.

wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.http://www.wikipedia.com/panduan biology tingkat SMA/http://www.google.com/alatKATA PENGHANTAR
            Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, dan rindhonya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Uji Kandungan Urine” ini. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terciptanya makalah ini. Makalah ini sengaja di buat untuk memenuhi persyaratan nilai mata pelajaran Biologi Semester II  Kelas XI tahun Ajaran 2015—2016. Di samping itu makalah ini juga berfungsi untuk memberikan wawasan bagi penulis dan umumnya bagi pembaca dalam kaitannya dengan topik Kandungan Zat-zat makanan.
            Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca, dan semoga memberi manfaat besar bagi kita untuk mempelajari ilmu Biologi.
            Sebagai penulis, saya yakin buku ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, Kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Pagaralam, 30 Maret 2016


      Prama Shella Erinda








LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Biologi Dasar dengan judul “UJI KANDUNGAN URINE”
Disusun oleh :                        
Nama          : Prama shella erinda
Kelas          : XI IPA 3
Kelompok  : IV
Dinyatakan selesai dibuat dan siap di periksa oleh guru pembimbing pelajaran Biologi.

Pagaralam, 30 maret 2016

Kepala sekolah                                                                                       Guru pembimbing 


SUNIAR, M.Pd                                                                                  LINDA AZIZAH, S.Pd.



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              



DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................................... 1
Pengesahan............................................................................................................................ 2
Daftar isi................................................................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan............................................................................................................................ ..5
BAB II
2.1 Landasan Teori................................................................................................................ 6
BAB III
Metedologi Penelitian
3.1 Alat dan Bahan
   3.1.1 Alat ………………………………………………………………………….……21
   3.1.2 Bahan ………………………………………………………………………….….21
3.2 Cara kerja……………………………………………………………………….…….21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel pengamatan ……………………………………………………………………24
4.2 Pertanyaan ……………………………………………………………………………25
4.3 Lampiran Jawaban ……………………………………………………………………25
4.4 Lampiran Dokumentasi………………………………………………………...….....26
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………………..30
Saran………………………………………………………………………………………30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….31
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon.
Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna empedu. Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2. kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.
Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pemeriksaan urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam menentukan diagnosa suatu penyakit.
Dalam praktikum uji urin, peneliti dapat mengetahui kandungan yang ada dalam urin. Begitu pula dapat mengetahui zat-zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin. Apabila zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka kita dapat mengetahui secara lebih cepat.
1.2 Tujuan
ü  Mengamati karakteristik urine, kandungan klorida, dan kandungan protein.
ü  Membandingkan kandungan glukosa pada urine orang normal dengan penderita diabetes millintus.


















BAB II
2.1 LANDASAN TEORI
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.      
Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak selalu bisa dijadikan pedoman namun Ada baiknya Anda mengetahui hal ini untuk berjaga-jaga. Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh kaena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.
Ø  GINJAL


A.    Bagian bagian Ginjal
1.      Lobulus ginjal, bagian yang menyusun ginjal. Setiap lobulus terdiri atas satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.
2.      Hilus (hilum), cekung pada sisi medial yang membentuk bukan pada ginjal sebagai tempat keluar masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter.
3.      Sinus ginjal, rongga yang berisi lemak yang membuka pada sinus
4.      Parankim ginjal, jaringan yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks( bagian luar) dan medula (bagian dalam)
1)      Korteks, tersusun dari nefron-nefron. Nefron merupakan unit struktual dan fungsional trekecil dari ginjal yang membentuk urine. Pada setiap ginjal normal, terdapat sekitar 800.000-1,5 juta nefron yang disatukan oleh jaringan ikat.nefron tersusun dari  dua komponen yaitu komponen vaskuler (pembulu) dan komponen tubuler (tabung)
·         Komponen vaskuler (pembuluh), terdiri atas arteriola aferen, glomelurus (gulungan kapiler berbetuk bundar), arteriola aferen, dan kapilerperitubuler.
2)      Komponen tubuler (tabung), suatu tabung berongga yang dientuk oleh suatu lapisan sel epitel dan berisi cairan. Komponen tubuler terdiri atas kapsul bowman (berbentuk cangkir), tubulus kontortus proksimal, lengkungan hene naik (asenden) lengkungan henle turun (desenden), tubulus kontortus diestel, dan duktus kolektuvus.

B.     Fungsi Ginjal
1.      menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.
2.      mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3.      Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
4.      menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh manusia.
5.      menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan ini terjadi melalui serangkaian  proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh).


1)      Filtrasi.
Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Bowman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relative cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relative cukup rendah. Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya relative cukup pendek dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
Di glomerulus terdapat sel-sel endothelium kapiler yang berpori (podosit), membrane basiler, dan epitel kapsula Bowman yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus tersebut, factor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
Permeabilitas membrane filtrasi ini 100-1000 kali lebih permeable dibandingkan dengan permeabilitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat kecil terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dai endapan. Hasil saringan tersebut dinamakan urine primer (filtrate glomerulus). Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, missal sel darah merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsorpsi.

2)      Reabsorpsi.
·         Reabsorpsi air
Pada keadaan normal, sekitar 99% air yang menembus membrane filtrasi akan direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif melalui proses osmosis. Perlu diketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsopsi lebih dari 178 liter air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa.

·         Reabsorpsi zat tertentu
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transport aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3, Glukosa, dan asam amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini memerlukan energy dan dapat berlangsung terus menerus.

·         Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu asam amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energy, sedangkan asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat – zat tersebut diabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung henle. Pada saluran menurun lengkung henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di sepanjang tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitelium transport sangat permeable terhadap air, tetapi sangat tidak permeable terhadap gram dan zat terlarut lainnya. Sebaliknya, saluran menaik lengkung henle lebih permeable terhadap garam dan tidak permeable terhadap air.
Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung henle, tubulus akan menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun akan bertambah, missal konsentrasi urea bertambah sebesar 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2 % dalam urine sekunder.

3)      Augmentasi.
Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus menyekresi ion H+, K+, NH3, urea, kreatinin, dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine sekunder.
Penambahan ion hydrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga kesetimbangan PH dalam darah. Jika PH dalam darah mulai turun, sekresi ion hydrogen akan meningkatsampai PH darah kembali normal (7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki PH sekitar 4,5 – 7,5. Selain itu, pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat dari dalam tubuh. Dari proses augmentasi ini akan dihasilkan urine sesungguhnya. Urine yang terbentuk akan disimpan sementara di kandung kemih. Setelah itu akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu yang memberi warna pada urine
A. Komposisi Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (sepertiurea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumbernitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan komposDiabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

B.  KANDUNGAN DALAM URINE
1.      Air sebanyak 95 %
2.      Urea, asam ureat dan ammonia
3.      Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)
4.      Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)
5.      Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon.

GLUKOSA
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.
PROTEIN
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.

1. Proses pembentukan Urine
            Proses pembentukan urine terjadi di badan Malpighi, di dalam badan Malpighi ini glomerulus di kelilingi oleh kapsula bowman. Darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat lain –lain mengalami penyaringan, kecuali yang bermolekul besar seperti sel-sel darah dan molekul protein, filtrat masuk ke ruangan kapsula bowman menjadi filtrate glomerulus ( urine primer ). Jumlah darah yang mengalir melalui ginjal ini ada 1,2 liter setiap menit yang merupakan seperempat dari seluruh jumlah darah yang di pompakan oleh jantung.
Proses penyaringan ini terutama disebabkan oleh tekanan darah, dan dipengaruhi oleh pengerutan dan pengembangan arteriol yang menuju dan meninggalkan glomerulus. Pengerutan arteriol yang menuju glomerulus akan menambah jumlah filtrat dan selalu diikat oleh pengembangan arteriol yang meninggalkan glomerulus (arteriol eferen ), filtrate glomerulus ini masih mengandung banyak zat yang masih diperlukan oleh tubuh, seperti glukosa, garam-garam, dan asam amino.
Dari  glomerulus filtrat di bawa melalui tubulus kontortus proksimal yang dikelilingi oleh pembuluh darah, dalam tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang masih berguna, Setelah reabsorbsi kadar urea menjadi lebih tinggi, sehingga terbentuk lagi zat-zat lain yang sementara waktu tidak digunakan lagi. Setelah selesai filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi ini barulah terbentuk urine yang sesungguhnya yang dikumpulkan dari tubulus kolektivus ke pelvis renalis.
Di dalam badan Malpighi, kapsula bowman menyaring zat-zat dari darah yang ada di glomerulus, dan terbentuklah filtrate glomerulus. Didalam tubulus kontortus proksimal di dserap kembali oleh pembuluh darah dan terbentuklah urine sekunder. Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambah lagi zat-zat yang pada waktu itu tidak digunakan lagi dan menambah kelebihan air sehingga terbentuklah urine sesungguhnya, dalamn urine ini tidak terdapat protein karena protein telah di saring dengan sempurna dari jumlah 7-9% protein yang ada di dalam darah, demikian juga dengan glukosa.
Juga terjadi peningkatan kadar urea yang semula 0,03% dalam plasma darah, meningkat menjadi 0,5% dalam tubulus kontortus proksimal, dan naik lagi dengan cepat menjadi 2% dalam tubulus kontortus distal, hal ini terjadi karena adanya penyerapan air kembali.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume atau jumlah urine yang dihasilkan
a. Volume urine yang dikeluarkan tidak tergantung dari berapa banyaknya jumlah cairan yang diminum, tetapi juga tergantung dari jumlah garam-garam yang dikeluarkan dari darah, agar tekanan osmosis tetap.
Pada penderita kencing manis ( Diabetes Miletus ) pengeluaran glukosa dari dalam darah juga diikuti oleh kenaikan volume urine.
b. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofisis, pengeluaran hormone ini di tentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus menerus mengendalikan tekanan osmotic darh, oleh karena itu hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorbsi air pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat.
Pada saat tubuh kekurangan cairan, konsentrasi air dalam darah akan menurun, akibatnya sekresi ADH akan meningkat dan dialirkan oleh darah menuju ginjal. ADH meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan permeabilitas saluran pengumpul. Dengan demikian air akan berdifusi keluar dari pipa pengumpul lalu masuk kedalam darah, dan keadaan tersebut dapat memulihkan konsentrasi air dalam darah, akibatnya urine yang dihasilkan lebih sedikit dan pekat.
c. Faktor usia
Pada anak balita sering mengeluarkan urine, hal ini disebabkan karena anak balita belum bias mengendalikan rangsangan untuk mikturisi, selain itu juga anak balita mengonsumsi lebih banyak makanan yang berwujud cairan, sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak.
Begitupula sebaliknya, pengeluaran urine pada lansia lebih sedikit, hal ini dikarenakan setelah usia 40 tahun jumlah nefron yang berfungsi akan menurun kira-kira 10% setiap tahun, Kondisi ini akan mengurangi kemampuan ginjal dalam memproses pengeluaran urine.
d. Gaya hidup dan aktivitas
Seorang yang sering berolahraga / olahragawan urine yang dihasilkan akan lebih sedikit jika dibandingkan pada orang biasa, hal ini disebabkan karena jumlah cairan yang ada di dalam tubuh lebih banyak digunakan sebagai energi dan dikeluarkan dalam bentuk keringat.
e. Kondisi kesehatan
Seseorang yang sehat produksi urinenya berbeda dengan orang yang sakit bias mengeluarkan urine lebih banyak ataupun lebih sedikit tergantung pada jenis penyakit yang di deritanya.
f. Psikologis
Orang yang sedang merasa cemas akan lebih sering mengeluarkan urine, sebab kondisi metabolismenya berjalan lebih cepat.
g. Cuaca
Apabila cuaca dingin orang lebih sering mengeluarkan urine, sebab cairan yang ada di dalam tubuh di keluarkan dalam bentuk urine, begitupula sebaliknya, pada musim panas orang jarang mengeluarkan urine, sebab cairan yang ada di dalam tubuhnya lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat.
h. Jumlah air yang diminum
Apabila mengkonsumsi banyak air minum, konsentrasi protein dalam darah akan menurun, kondisi ini dapat mengakibatkan menurunnya tekanan koloid protein sehingga tekanan filtrasi kurang efektif, akibatnya volume urine yang dihasilkan akan meningkat.

3. Sifat-sifat urine
a. Volume urine normal orang dewasa ±2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu luar,  
makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen, the, kopi, alcohol mempunyai efek iuresis.
b. Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 7, bila masukan protein tinggi urine menjadi asam, sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam, urine menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amoniak dan kehilangan CO2 di udara.
c. Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar, pigmen utamanya urokrom, sedikit urobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam urine berwarna kuning tua atau kecoklatan. Sedangkan urine orang yang mempunyai penyakit diabetes Melitus (kencing manis) urinenya mengandung gula, yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang juga disebabkan oleh kekurangan hormone insulin. Nilai pHnya berkisar antara 7 atau kurang dari 7 karena bersifat asam. Warna urine orang penderita diabetes adalah bening kekuningan.

4. Unsur – unsur dalam urine
a.       Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolism protein dari mamalia termasuk manusia.
b.       Amoniak (NH3) pada urine orang normal yang masih segar terdapat sedikit, sedangkan pada penderita diabetes miletus kandungan amoniakndalam urinenya sangat tinggi.
c.       Kreatinin dan keratin, (kreatinin : produk pemecahan keratin ) normalnya 20-26 mg/kg pada laki-laki, dan 14-22mg/kg pada perempuan.
d.      Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi urine dalam tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali.
Pandangan Awal Mengenai Warna
1.         Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat. Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.         Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3.         Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
4.         Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.

Fungsi Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Fungsi dari urine yang di kenal dimasyarakat menjadi lebih sering kita jumpai meski punya kontrofersi dan menjadi hal yang tabu namun dibelahan negara lain juga tidak kalah dengan hal yang ada di indonesia sepertii :
    Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
    Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.
    Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsifly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus.
    Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.
    Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, di antara mereka adalah Mohandas GandhiJim Morrison, dan Steve McQueen.

Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

E.1 Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :

a)        Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
b)       Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
c)        Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'
d)       Bau urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
e)        pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa

E.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit

E.3 Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.

a)        Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

b)       Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.

c)        Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.


d)       Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.





















BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1                    Alat
1.      Tabung Reaksi
2.      Rak Tabung Reaksi
3.      Pipet Tetes
4.      Kertas Tisu
5.      Kertas Label
6.      Botol Sampel Urine yang bening transparan
7.      Kertas Indikator pH
8.   Pemanas Bunsen
9.   Kaki tiga
10. Kasa Asben
11. Gelas beker 500 mL
12. Korek api

3.1.2                  Bahan
1.      Sampel urine pagi (Urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah   bangun tidur) dari orang sehat, sampel urine siang, sampel urine malam
2.      Larutan Biuret
3.      Larutan Benedict
4.   Larutan AgNO3 10%

3.2 Langkah Kerja
            1.      Pertama siapkan reagen Biuret, Benedict.
2.      Selanjutnya lakukan pengujian berikut
3.2.1          Sifat fisik urine:
Amatilah dan bandingkan beberapa sampel urine yang dibawa dari rumah, dalam hal sifat-sifat fisiknya (misalnya, warna, tingkat kekruhan, dan pH). Analisis dengan menggunakan tabel acuan berikut:
Warna
Keterangan
Kuning
Normal
Hitam
Mengonsumsi tablet yang mengandung zat besi (ferri sulfat), minum obat parkinson
Biru
Mengonsumsi obat abti depresi atau antibiotik, infeksi bakteri Pseudomonas pada saluran lkemih
Cokelat
Gangguan fungsi ginjal, mengonsumsi antibiotik
Kuning gelap (seperti teh)
Hepatitis fase akut, kelebihan vitamin B2, mengonsumsi antibiotik
Oranye – merah
Dehidrasi, demam, mengonsumsi obat
Hijau
Infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, mengonsumsi vitamin
Bening (tidak berwarna)
Terlalu banyak minum, diabetes insipidus, minum alkohol
Putih seperti susu
Tumor jaringan limfat, filariasis

Keterangan:
Tingkat kekeruhan: tidak keruh (-), sedikit keruh (+), keruh (++), dan sangat keruh (+++)
pH normal urine = 4,7 – 8
 3.2.2    Uji kandungan klorida
Masukkan 2 mL urine ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 10%. Amati endapan putih yang terbentuj (endapan putih tipis = urine normal, endapan putih tebal = urine abnormal)

3.2.3          Uji protein
Masukkan 2 mL sampel urine ke dalam tabung reaksi.Tambah 5 tetes larutan Biuret. Amati perubahan warnanya dan berikan hasil analisinya.
Warna setelah diteteskan larutan Biuret
Keterangan
Ungu
Mengandung protein
Biru atau selain ungu
Tidak mengandung protein




3.2.4          Uji Glukosa
1.      Tuangkan sampel urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, tempelkan kertas label agar tidak tertukar.
2.      Teteskan larutan Benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi urine, kemudian kocok sebentar agar bercampur merata. Amati warnanya.
3.  Masukan semua tabung reaksi tersebut ke dalam gelas beker yang telah berisi air setengahnya, kemudian di panaskan hingga mendidih beberapa saat dan terjadi perubahan warna.
4.    Matikan lampu Bunsen, dan biarkan hingga agak dingin. Amatilah perubahan warna urine di setiap tabung reaksi dan analisis hasilnya berdasarkan table acuan berikut.
 
Warna Hasil Uji Glukosa
Hasil Reaksi
Keterangan/Kandungan Glukosa
Biru
-
Normal
Hijau kekuningan keruh
+
0,5 – 1%
Kuning keruh
++
1 – 1,5%
Coklat, jingga
+++
2% - 3,5%
Merah bata
++++
> 3,5%











BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel pengamatan
      Tabel Hasil Pengamatan Uji Glukosa
Nama
Sifat Fisik Urine
Uji Glukosa
Warna
Tingkat Kekeruhan (-,++,+++)

pH
Warna awal (Urine+Benedict)
Kandungan Glukosa
Pagi (Ce)
Kuning Pekat
-
5
Coklat
2% - 3,5%
Siang (Ce)
Kuning
-
6
Biru
Normal
Malam (Ce)
Kuning
-
6
Biru
Normal
Pagi (Co)
Orange – merah
+
6
Hijau Kekuningan
0,5 – 1%
Siang (Co)
Kuning gelap
++
6
Hijau Kekuningan Keuh
0,5 – 1%
Malam (Co)
Coklat
+++
5
Coklat
2% - 3,5%

      Tabel Hasil Pengamatan Uji Protein
Nama
Uji Protein
Warna
Warna awal (Urine+Biuret)
Kandungan Protein (Ada/Tidak Ada)
Pagi (Ce)
Kuning Pekat
Biru
Tidak Ada
Siang (Ce)
Kuning
Biru
Tidak Ada
Malam (Ce)
Kuning
Biru
Tidak Ada
Pagi (Co)
Orange – merah
Hijau
Tidak Ada
Siang (Co)
Kuning gelap
Hijau
Tidak Ada
Malam (Co)
Coklat
Coklat
Tidak Ada

4.2 Pertanyaan
1.      Mengapa sifat-sifat fisik urine seperti warna, kekeruhan dan pH, berbeda-beda pada setiap orang ? Jelaskan.
2.      Berdasarkan data pengamatan anda, adakah urine yang memiiki sifat fisik abnormal ? Jika ada, jelaskan.
3.      Mengapa pada urine normal mengandung sedikit klorida? Apakah peranan klorida di dalam tubuh ?
4.      Berdasarkan data hasil uji urine dengan menggunakan larutan Biuret, adakah sampel sampel urine yang mengandung protein? Jelaskan.
5.      Jenis penyakit apakah yang menyebabkan urine mengandung protein dengan jumlah melebihi batas normal ?
6.      Berdasarkan data hasil uji glukosa, adakah teman anda yang berindikasi diabetes mellitus ? Jika ada, jelaskan.
7.      Apakah saran-saran anda terhadap teman yanga berindikasi diabetes mellitus ?
8.      Jelaskan cara-cara untuk menjaga kesehatan ginjal.

4.3 Lampiran Jawaban
1.      Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan (termasuk obat-obatan), jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat. pH urin berkisar antara 4,8-7,5, urine akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urine akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi sayuran. Tingkat kekeruhan urine bergantung pada kadar air dalam tubuh dan lama waktu setelah urine dikeluarkan. Apabila dlam tubuh banyak mengandung air, maka urine akan lebih cair dan lebih jernih. Selain itu urine yang masih segar akan tampak jernih sedangkan urine yang telah lama didiamkan akan berubah menjadi keruh.
2.      Berdasarkan percobaan kami, tidak ada urine yang memiliki sifat fisik abnormal.
3.      Karena keberadaan klorida menunjukkan kadar pH dalam darah. Apabila kadar klorida tinggi, maka darah terlalu asam dan dapat menganggu keseimbangan metabolisme tubuh.
Klorida digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl memiliki kegunaan membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Klorida juga dapat membahayakan sistem pernafasan terutaman bagi anak-anak dan orang dewasa. Dalam wujud gas, klorida merusak membran mukus dan dalam wujud cair dapat menghancurkan kulit. Tingkat klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium klorida, atau garam adalah bagian utama dalam darah.
4.      Berdasarkan percobaan ini tidak ada sampel urine yang mengandung protein.
5.      Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urin berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya ganguan dalam proses metabolisme tubuh. Pemantauan protein dalam urin melalui tes dapat digunakan sebagai cara mendektesi adanya gangguan pada ginjal. Kadar albuminurea yang rendah sekalipun dpat menunjukkan bahwa pasien mengalami gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut yang dialami pasien di rumah sakit, tercatat mencapai 1,6% dari seluruh pasien di rumah sakit dan terjadi ketika ginjal tiba tiba kehilangan kemampuan menyaring produk limbah dari darah. Gagal ginjal akut dapat disembuhkan jika pasien cukup sehat. Namun sering mengakibatkan penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
6.      Berdasarkan data hasil uji glukosa tidak ada yang berindikasi diabetes mellitus.
7.      Cara pencegahan dan penanggulangan :
v  Menjaga kesehatan (diet sehat dan seimbang)
v  Rajin berolahraga
v  Rajin mengecek kadar gula dalam darah
v  Mengetahui tentang diabetes melitus
v  Mengonsumsi suplemen ( yang mengandung seng, magnesium, proxeronin)
v  Segera priksa diri kedokter apabila merasakan gejala gejala seperti intensitas buang air kecil yang tinggi, mudah haus dan lapar, rasa pusing, mual, dan letih.Saat sudah terindikasi lakukan pengobatan seperti insulin.
8. Tips untuk menjaga kesehatan ginjal :
Ø  Rajin berolahraga ( olahraga merupakan aktivitas yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh)
Ø  Makanan sehat ( hindarilah makanan yang nengandung banyak lemak jenuh dan kandungan gula yang tinggi)
Ø  Menjaga berat badan ( berat badan yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh dan ginjal, karena penumpukan lemak yang ada pada tubuh membuat ginjal menjadi sesak dan sulit untuk memproses urin)


4.4 Lampiran Dokumentasi
            
                ALAT  DAN BAHAN                                                Kelompok IV
              
 URINE DI MASUKAN KE TABUNG REAKSI                  PENGAMBILAN TAMBUNG REAKSI  MENGGUNAKAN PIPET
       
 SEBELUM DI PANASKAN           URINE YANG DI PANASKAN          SETELAH DI PANASKAN
                                          SUASANA KERJA KELOMPOK
 
            MEMBAHAS SERTA MENGAMBIL KESIMPULAN BERSAMA














BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan urine orang normal dan
urine penderita diabetes miletus dapat disimpulkan bahwa:
Urine orang normal mengandung amoniak (NH3), clor, dan memiliki pH 6 (asam).
Urine penderita diabetes miletus mengandung glukosa, amoniak(NH3), clor, dan
memiliki pH 7 (netral).
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
·         Warna kuning dalam urine berasal dari bilirubin. Pucat atau kuatnya warna kuning pada urin normal tergantung pada konsumsi air. perubahan warna dari yang normal itu bisa terjadi karena pengaruh makanan, obat, atau kondisi kesehatan
·         pH urine normal berkisar antara 5-8.
·         Urine dikatakan normal jika warna urine pada tabung reaksi setelah ditambahkan  larutan benedict kemudian dipanaskan adalah kuning keputihan.
·          Jika terdapat kandungan protein dalam urine, maka ginjal mengalami kelainan atau gangguan akibat terdapat kebocoran pada ginjal bagian glomerulus yang berfungsi sebagai penyerapan senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh, termasuk protein. 
·         Jika pada urine terdapat glukosa, maka ginjal bagian tubulus tidak berfungsi. Pada ginjal normal, glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi pada daerah tubulus.

SARAN
Setiap hari orang harus mengeluarkan berbagai zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Tapi terkadang urine yang dikeluarkan menimbulkan bau yang tidak sedap, kebanyak bau dari urine bersifat sementara. Tetapi jika hal tersebut terus berlanjut selama beberapa hari sebaikannya melakukan pemeriksaan kedokter. Perlu dilakukan lebih banyak percobaan lagi, agar bisa mengamati lebih teliti tentang kandungan di dalam urin.


DAFTAR PUSTAKA
Maryati, Sri.2007.Biologi:Jilid 2 untuk SMA Kelas XI.Jakarta:Erlangga
Lestari, Endang.2009.Biologi 2 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XI Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional
Omegawati, Wigati Hadi. Dan Kusumawati, Rohana. 2011. BIOLOGI Untuk  SMA/MA. Klaten: Intan Pariwara.
Irnaningtyas. 2014. Biology untuk SMA/MA kls XI, Jakarta: Penerbit Erlangga.
wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.http://www.wikipedia.com/panduan biology tingkat SMA/http://www.google.com/alat

Comments

Popular Posts